Kamis, 10 September 2009

Beramal Karena Apa?

Catatan 26 Ramadhan 1430 H
"Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu"
[QS Al Qashash: : 268]
*******************************************
Beramal Karena Apa?
oleh M. Fuad Nasar


Imam al-Ghazali, mahaguru ilmu tasawuf Islam ternama, dalam kajian tasawufnya membagi orang yang beramal di dunia ini ke dalam beberapa kriteria. Pertama, beramal karena takut masuk neraka. Kedua, beramal karena mengharapkan surga. Ketiga, beramal karena didorong oleh rasa syukur atas nikmat Allah SWT dan mengharapkan keridhaan-Nya. Kata al-Ghazali, yang ketiga inilah amal yang paling sempurna keikhlasannya.

Dalam konteks ini sangat menarik disimak ucapan sufi besar Rabi'ah al-'Adawiyah, yang pada suatu hari ini berkata, mau membakar surga. Surga dianggap telah mengaburkan tujuan manusia melakukan amal kebajikan sehingga tidak lagi karena Allah melainkan lantaran mengharapkan imbalan surga. Padahal, manusia diperintahkan beramal karena Allah (lillahi ta'ala), bukan karena surga. Di hari lain Rabi'ah al-Adawiyah berkata hendak menyiram padam api neraka. Menurutnya, nereka telah mengaburkan alasan manusia menjauhi perbuatan maksiat, yaitu bukan karena mengharap ridho Allah, tetapi karena takut dengan api neraka.

Selain beramal dengan ikhlas, seorang Muslim hendaklah beramal secara ihsan. Abdurrahman 'Azzam Pasha (penulis buku Risalah Chalidah --Perdamaian Abadi) memberi pengertian ihsan sebagai berikut: "Anda berbuat suatu kebaikan padahal itu bukan menjadi kewajiban Anda."

Dengan kata lain, seseorang mencapai tingkat ihsan dalam beramal apabila ia melakukan amal kebajikan tersebut bukan lantaran adanya kewajiban syariat semata, melainkan karena cinta kepada kebajikan itu sendiri dan merasa bahagia melakukannya.

Dalam satu hadis bahkan bahwa diceritakan, Aisyah ra pernah bertanya kepada Rasulullah saw, "Mengapa kau begitu tekun memperbanyak amal ibadah, bukankah Allah telah menjamin dirimu tidak berdosa dan pasti masuk surga?" Rasulullah menjawab, "Wahai Aisyah, tidak patutkah saya menjadi hamba Allah yang bersyukur?"


------------------------------------------
sumber : Republika Online -- Hikmah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar